Hujan deras tanpa henti seakan menandakan penantian yang tanpa akhir dalam kehidupanku ini.
Cuaca dingin seakan menusuk ke dalam kulitku. Ku memandang keluar jendela, menatapi tetesan air hujan yang tak terhitung jumlahnya. Air di ujung mataku mulai menetes, mengeluarkan semua perasaan dalam hati, rasa sakit yang mendalam. Ya, inilah aku, Aeta, gadis remaja berusia 18 tahun yang kini menduduki bangku kuliah semester 2, yang adalah anak tunggal dalam keluarganya, yang hingga saat ini tak mampu menahan rasa sakit yang sudah terjadi hampir 2 tahun yg lalu.
Diusiaku yang belia, aku menemukan cowok yang mampu mengisi hari- hariku, sekitar 1SMA, aku menjalin cinta dengan Silver, cowok yang seumuran denganku, meskipun berbeda sekolah. Dia mengerti aku, perhatian padaku, dan mau menyayangiku apa adanya. Dia orang pertama yang mengajariku arti cinta, dan bagaimana mencintai orang dengan tulus. Dia orang yang setiap hari mengantarku ke sekolah sebelum dia berangkat ke sekolahnya. Dia orang yang menyempatkan waktunya untuk menemaniku kemanapun aku minta. Dia orang yang paling mengkhawatirkanku jika aku sakit. Dia orang yang menghiburku dengan lelucon konyolnya ketika aku sedih. Dia motivatorku, dia yang meminjamkan bahunya untukku ketika aku menangis, meminjamkan jaketnya ketika aku kedinginan. Dia setia, aku tau itu.
Dia satu-satunya cowok yang bisa akrab dengan ayahku, bahkan berjanji akan menjagaku seumur hidupnya. Orang tua kami telah saling mengenal dan mendukung hubungan kami. Teman- temanku adalah teman2nya demikian pula sebaliknya. Hubungan kami baik2 saja selama 1 tahun lamanya. Bila ada pertengkaran, itu hanya hambatan kecil dalam hubungan kami yang dapat langsung terselesaikan dalam waktu 1 jam. Banyak orang bilang kami soulmate, serasi, berjodoh dan sejenisnya. Kami hanya menanggapi itu dengan senyum dan keyakinan.
1 tahun kemudian, hubungan kami kemudian diterpa oleh suatu masalah. Ya, aku sendiripun tak paham. Dia berubah drastis, mulai menjauhiku hingga aku merasa statusku adalah kekasih yang tak dianggap. Ketika aku bertanya, dia hanya mampu menjawab 'kita putus aja ya' tanpa ada alasan jelas yg masuk akal dan berlalu begitu saja dari hadapanku.
Kata2 itu serasa menampar keras wajahku dan menusuk tajam dalam hatiku, berhari2 aku menangis dan tak menghubunginya, namun dia tak pernah peduli lagi, seakan2 aku tak pernah ada dalam kehidupannya. Aku mengumpulkan keberanian tuk menemuinya, namun dia membuang muka, bahkan menyakitiku lebih dalam dengan jalan bersama perempuan lain yg dilakukan tampak seperti sengaja. Sejak hari itu, hatiku hancur. Kepercayaan kepada cowok rasanya sudah hilang dari hati ini, aku pun menutup diri dan hati dari semua orang terutama laki2. 6 bulan berlalu sejak kejadian itu, aku tak pernah lagi menghubunginya, tak pernah lagi menyapanya ketika kami bertemu. Aku bagai kehilangan penopang hidup, berbagai masalah muncul dan mengacaukan kehidupanku, membuatnya semakin rumit dan sulit tuk dijalani.
Hingga suatu hari, telepon rumah berdering.
"hallo, apa benar ini keluarga pak Oki?"
"ya benar, saya putrinya, Aeta"
"maaf, ini dari rumah sakit Family, orang tua anda, mereka kecelakaan"
Telepon jatuh dari genggamanku, air mataku keluar dengan sangat deras, panik segera menghampiriku, dan aku pun berlari, keluar memanggil taksi menuju ke rumah sakit. Sesampainya di rumah sakit, dokter hanya dapat berkata "kami telah melakukan yang terbaik"
Dari kata2 itu, pikiranku semakin kacau karna mampu mencerna maksudnya secara jelas, aku kehilangan orang tuaku. Kini, aku hidup sebatang kara. Aku, kehilangan semuanya. Tangisanku semakin deras, dengan cepat aku menelepon sahabatku yang juga adalah sahabat Silver, Yossi. Tak lebih dari 10 menit, Yossi telah sampai disampingku dan memelukku erat. Aku menangis sejadinya dalam pelukannya, hingga semua terlihat gelap...
'Ae, aeta, kamu udah sadar? Aeta?' begitulah suara2 disampingku memanggilku, suara2 yang begitu aku kenal. Perlahan2, aku membuka mataku, 'bi.. Bibi, pa.. paman, kenapa..'
'aku yang menghubungi mereka, aku takut kamu kenapa2' Yossi yang mengerti pertanyaanku spontan menjawabnya. Mereka? Ya, mereka memang bukan paman dan bibiku dalam arti saudara, mereka adalah orang yang aku kenal baik, orang tua Silver. ‘Orang tua Silver? Jadi? Silver juga,..’ Spontan aku menengok k kiri dan kanan, mencari sosoknya, karna hanya dia yang aku butuhkan saat ini. 'Silver ga datang, dia sibuk.' jawab ayahnya seakan mampu menebak apa yang aku pikirkan.
Sekarang kesadaranku pulih, semua kejadian seakan terulang kembali 'Mana papa, mana mama? Paman, mana papa? Bibi,. Ayo jawab aku, yossi! Mana.. Mana?' aku berteriak histeris sambil menangis dan kembali dipeluk oleh Yossi. 'mereka udah ga ada, relakan mereka, ya?' pinta Yossi. Ibunya Silver menenangkanku, menghapus air mataku yang tak dapat berhenti mengalir sambil menatapku tak tega. Aku diijinkan pulang. Tak mampu menghadiri pemakaman orang tuaku. Semua pemakaman mereka, diatur oleh ayahnya Silver.
Aku hanya dapat mengurung diri dalam kamar, dan menjadi pemurung. Aku tak sanggup, aku hanya bisa pasrah. Aku bahkan ingin menyerah. Hari2ku berlalu hampa, begitu saja terlewati.
Saat masuk SMA kelas 3, nilaiku hancur2an, syukur2 masih naik kelas, aku merasa tak mau lagi bersekolah, namun suatu kejutan ketika aku mengetahui bahwa Silver pindah k sekolahku dan 1kelas denganku, kerinduanku sedikit terobati karna dia yang aku tau mampu membuatku bangkit kembali. Namun, sikapnya tak berubah terhadapku, ya sedikitpun tak pernah memperhatikanku, menganggapku tak ada. Sejak 3SMA pula, ada cowok yang mulai mendekatiku disaat Silver yang makin menjauhiku. Kaero, cowo yang jauh lebih perhatian daripda Silver, motivator yg lebih baik daripada dia. Semula, aku merasa mulai memiliki perasaan khusus padanya, aku pun mulai bangkit karna Kaero, mulai dapat tersenyum kembali, bahkan di depan Silver, aku berani jalan dengan Kaero.
Suatu hari, kelasku mengadakan pertandingan dengan kelas Kaero, aku yang berada di kelas karna malas yang mulai menghantui diriku melihat tas Silver yang sedikit terbuka, dan ada sesuatu di dalamnya yang berkilau. Rasa penasaranpun datang di dalam pikiranku, tanganku tergerak perlahan dan mengambil sesuatu itu yang ternyata adalah kalung yang menjadi tanda cinta kami berdua. Selintas pikiran di benakku mengatakan bahwa dia masih mencintaiku, namun pikiran lain mengenai masa laluku menepisnya.
Saat meletakkan kembali kalung tersebut, tanganku menyentuh sesuatu, handphone, rasa penasaran itu muncul kembali dan dgn cepat, aku langsung mengambilnya, pertama kali melihat dan menekan tombolnya, muncul wajahku sebagai wallpaper handphonenya. Sontak aku kaget dan heran. Pikiranku bercampur aduk, apakah ini nyata atau mimpi? Seperti kebiasaan lama, aku mengecek inbox nya, dan semua pesan dari 'My Love' menghiasi inbox tersebut, lagi2, semua makin aneh, dengan segera aku mengecek kontak, penasaran dengan siapa 'My Love' itu, hingga aku menemukan namanya dan ternyata, nama itu, nomor itu, semuanya adalah milikku.
Aku semakin tak mengerti, tentu, siapa yang tak heran ketika mantannya masih menyimpan semua nya dengan rapi setelah 10bulan putus? Berbagai pertanyaan muncul dalam benakku..
Priitt..
Priitt..
Priiiitttt..
Peluit berbunyi membuyarkan lamunanku, menandakan aku harus segera meletakkan kembali semua barang k tempat semula dan duduk manis di tempat dudukku. Kaero dan Silver masuk bersama ke dalam kelasku, Kaero menyapaku dan mengajakku keluar tepat di hadapan Silver. Silver cuek, membuatku semakin tak mengerti. Semua ini layaknya teka teki, apa sih yang dia mau? Batinku. Sambil berjalan pulang aku memutuskan mampir ke rumah Silver, sekadar berkunjung. Aku disambut baik oleh kedua orang tuanya. Aku ditemani mengobrol hingga Silver pulang dan dia dengan terpaksa ikut duduk di depanku karna orangtuanya menyuruhnya, setelah itu kami ditinggalkan berdua.
Beberapa menit keheningan melanda hingga aku memberanikan diri membuka suara..
"Va" Begitulah panggilanku untuknya.
"emm.. I.. Itu.. Di hapemu.."
Belum selesai aku berbicara, dengan nada tinggi dia berkata
'kamu ngintip ya?! Hah?! Kenapa kamu ga bisa hargai privasi aku?!" dan berlalu bgtu saja dari hadapanku. Aku pun pamit pulang pada ke2 orang tuanya yang menatapku dengan sedikit hera,. Keesokan harinya, Kaero datang ke sekolah dan langsung menemuiku.
"Ae, kamu tau ga? Silver,. Dia.. Jadian sama.. Yo.. Yossi"
"apa?" sontak aku kaget dan tak menyangka. Padahal kemaren, aku baru saja melihat handphonenya dan aku ada disana. Lho? Kenapa? Aku jadi bingung, aku cemburu, hanya itu yang aku tau.
"tapi kan kamu uda ada aku" kaero menambahkan.
"tapi kan aku belum.."
"sekarang dan saat ini, maukah kamu menjadi kekasihku? Aku mencintaimu"
"aku.. Emm.. Aku.." aku hanya bisa menganggukkan kepala, karena aku tak dapat berbohong bahwa aku juga mulai menyukainya.
Sejak saat itu, aku memulai hubunganku dengan Kaero dan Silver dengan Yossi, kadang aku dan Yossi bahkan merencanakan double date. Mereka mesra, aku dan Kaero bahkan bisa lebih mesra, tapi hubungan ini tak berlangsung lama. 4 bulan kemudian aku mendapati bahwa Kaero menduakanku dan aku langsung melabraknya dan mengakhiri hubungan kami. Aku tak merasakan sakit sedikitpun, bahkan aku merasa lega, seperti suatu sandiwara yang telah berakhir. Hingga kelulusan kami, aku hanya tau bahwa hubungan Silver dan Yossi masih awet hingga saat itu.
Sejak saat itu, aku menyadari bahwa aku masih mencintai Silver dan hanya mengagumi Kaero, namun, apa dayaku jika Silver sudah menjadi milik Yossi, tapi biar bagaimanapun, Yossi tetaplah sahabatku hingga saat ini. Sejak memasuki dunia perkuliahan, aku tak pernah lg menjalin hubungan dengan cowok manapun, aku seperti ditarik kembali ke masa lalu untuk menepati janjiku, aku menanti Silver, namun tak pernah juga menghubunginya.
Air mata masih mengalir di pipiku sambil memandang kepada hujan. Yossi masuk ke kamarku dan tiba2 mengatakan bahwa dia sudah putus dengan Silver, seakan berhasil menebak apa yang sedang kupikirkan saat ini. Aku menjadi sedikit lega ketika dia berkata demikian dan memutuskan untuk menceritakan rahasia yang selama ini kupendam sendiri dari perasaanku dan hubunganku dengan kaero yang ternyata hanya kagum. Yossi memelukku sambil tersenyum simpul dan matahari pun mulai muncul dari balik awan ketika kami memandang jendela dan Yossi berpamitan pulang.
Setelah itu, dering sms d hape ku berbunyi, ketika aku membaca pesan, ternyata Yossi yang menyuruhku keluar karna ada pelangi. Aku pun langsung bergegas ke teras rumah, memandang pelangi dan melamun kembali. Aku pun menutup mata dan teringat kepada Silver yang juga suka kepada pelangi.. Dalam anganku, dan bayangku yang sangat nyata, aku merasa ada tangan yang memelukku dari belakang dan berbisik
"Aku disini, kembali hanya untukmu"
Suara itu, sungguh tak asing bagiku, terlalu nyata jika hanya lamunanku, aku membuka mata dan merasakan benar ada yang memelukku, aku pun menengok ke belakang, menghadap ke sosok itu
'Va? Kamu'
'Sshhtt' sambil meletakkan telunjuknya dibibirku dia berkata,
'aku tau semuanya, kamu adalah yang terbaik, kamu berhasil membuktikannya, aku mencintaimu, you're my first and will be my last, happy anniversary 3rd year'
Aku langsung memeluknya, kata2 tak mampu menggambarkan kebahagiaanku, aku menangis dan memukul2 dia dengan mesra
'kamu jaat, 2 taun aku dibikin kaya gne, emang masih bisa dblg 3rd year? Hah? but you're too.. My first and will be my last, i love you, Va"
Aku tertawa namun masih dalam pelukannya, aku kembali memandang pelangi dan menunjuknya
'itu adalah saksi cinta kita, pelangi'
Aku Silver, cowonya Aeta, sekarang dan selamanya. Setelah 1tahun menjalin cinta dengannya, aku ingin tau, sejauh mana cinta Aeta kepadaku. Aku pun merangkai sebuah test. Tadinya aku hanya ingin tau reaksinya jika aku menjauh, tak disangka, dia tertimpa musibah, aku tak bisa datang bukan karna aku sibuk, tapi karna aku juga terpukul, aku tak sanggup melihatnya menangis, namun juga tak ingin menghancurkan rencanaku, orang tuaku tak tau hal ini, mereka tak pernah tau aku dan Aeta putus. Aku sendiri, sudah berjanji pada orang tua Aeta akan menjaga putrinya, kekasihku seumur hidupku, maka dari itu, aku mau menguji kesetiaannya.
Sebenarnya aku merasa bersalah, tak bisa menemaninya ketika dia benar2 membutuhkanku, hanya demi ide gilaku ini, tapi setelah dia melewati ini, aku tau, dia akan menjadi Aeta yang tegar, dan aku pastikan aku akan slalu ada disisinya. Yoshi tau rencanaku, ya, hanya dia yang tau, namun Aeta hampir mengagalkan semuanya, tak kusangka dia mengecek hapeku, oleh sebab itu aku berdalih dengan pura2 jadian dengan Yoshi, Kaero bukan bagian dari rencanaku, sejujurnya aku cemburu, dan hampir2 tak mau lagi meneruskan rencana ini, tapi beruntungnya, hubungan mereka berakhir cepat, hingga semua permainan ini aku lanjutkan.
Hingga hari ini, hari dimana hari jadianku dengannya tahun ke3, aku menyuruh yossi mengarang cerita bahwa aku putus dengannya, karna aku tau, aeta akan menceritakan semuanya ketika yossi dan aku sudah tak berhubungan, tanpa disadari aeta, hp yossi terhubung ke hp ku, dan aku mendengar semua ungkapan perasaan aeta, saat itu aku tau, aku berhasil, tidak, aeta yang berhasil, dan aku pastikan cinta kami akan abadi. Tak disangka hari ini semakin indah ketika pelangi muncul, dan aku juga yang menyuruh Yossi sms Aeta, sehingga dia keluar. Hingga akhirnya, aku dan dia, jadi seperti ini, dan pelangi, benar2 saksi cinta kami. =)
No comments:
Post a Comment