'Menunggu.. Menunggu.. Menunggu'
itulah yang dilakukan aku, seorang pria yang hanya mencintai seorang wanita. Aku, Adrian, seorang mahasiswa smt 1 di salah satu univ ternama di Jakarta. Semenjak SMA, aku menyukai, bahkan mencintai seorang gadis bernama Lina. Tadinya aku pikir, setelah pacaran dengan orang lain, aku akan segera melupakannya. Tapi kenyataan berkata lain, bahkan 1menit pun tak bisa ku berhenti memikirkannya. Sudah berulang kali aku mencoba mencari wanita lain untuk mengisi hari2ku, tapi semuanya tak sanggup menggantikannya di hatiku.
Lina, seorang gadis yang usianya 2 tahun dibawah usiaku. Adik kelasku yang aku kenal cukup dekat ketika aku duduk di SMA 3, ketika kami ternyata 1 gereja, ketika kami ternyata sama2 mengikuti kegiatan 'koor' di gereja tersebut. Namun, aku hanyalah pria biasa, aku bukan tipe orang yang suka memaksa dan egois. Aku ingin dia mencintaiku apa adanya. Aku ingin menjalani hari2 bersama orang yang aku cintai dan mencintaiku. Aku tak ingin dia menerimaku karna keterpaksaan. Sayangnya, dia, tak pernah mau menerimaku. Aku tak pernah tau alasan pasti kenapa dia selalu menolakku setiap aku menembaknya, setiap aku menyatakan perasaanku. Aku tak pernah tau kenapa dia menjaga jarak denganku walau dia tau perasaanku. Tiga tahun sudah aku menjalani penantian panjang yg tiada akhir.
Bisa dibilang, aku iri, iri terhadap semua lelaki yang bisa dekat dengannya, iri terhadap semua mantannya. Tapi apa daya bila dia tak pernah memilihku. Tidak ada seorangpun yang tau semua ini hingga akhirnya aku menceritakannya pada teman baiknya semasa SMP. Aku mengenalnya secara tidak langsung, Ana, orang yang saat ini tau bagaimana perasaanku terhadap Lina, orang yang juga mengalami apa yang sedang kualami, namun ku rasa aku mengalami hal yang lebih tragis daripada dia. Dia pernah memiliki orang yang dia cintai tapi kemudian dia ditinggalkan dan dia menunggu hingga saat ini, sedangkan aku? Hanya pernah ditolak, ditolak, dan ditolak.
Orang2 bilang wanita itu makhluk paling peka, tapi aku sama sekali tidak pernah merasakan jika dia peka terhadap perasaanku. Pernah suatu ketika aku marah kepadanya karena aku mengira dia mengganti nomornya dan tidak memberitahuku, tapi senyumannya kepadaku kembali menghilangkan amarah dari hatiku dan menggantinya dgn sejuta cinta untuknya. Aku tak pernah tau apa yang ada di benaknya selama ini sehingga terus menerus menolakku. Akhir2 ini, hubungan kami sedikit lebih baik, dia mau aku antar kesana kemari, mau menerima teleponku dan mau berbincang2 denganku. Aku mengenal keluarganya, orangtua dan adik2nya, aku tau persis karena dia satu gereja denganku, tapi kenapa aku tak pernah bisa mendapatkannya? Aku bingung.
Hubungan kami yang sudah mulai dekat ini pun aku manfaatkan untuk kembali mengungkapkan perasaanku. Tapi dia menjauh lagi, selalu saja seperti itu. Beberapa bulan lagi, dia lulus dan akan kuliah di luar kota. Aku akan kehilangan dia, dan aku tak pernah mau itu terjadi. Aku hanya ingin terus mencintainya, menunggunya dan berharap dia membalas cinta ini. Rasanya terlalu lama aku telah menunggu, tapi biarlah kisah ini hanya aku yang mengetahuinya.
Beberapa bulan kemudian, hal yang aku takutkan terjadi, dia kuliah di luar kota, dan untuk menemuinya adalah kesulitan tersendiri karena aku juga disibukkan oleh kuliahku dan pekerjaanku. Apakah aku harus berhenti menunggunya? Atau aku harus tetap mengejarnya?
Kuliah di luar kota, jauh dari orang tua bukanlah hal yang mudah bagiku, Lina. Aku merindukan mereka semua. Aku merindukan papa mama, adik2ku, teman2ku di sana dan laki2 yang selama ini selalu ada untukku meskipun berulang kali aku menolaknya. Kuakui, aku memang tidak memiliki perasaan apapun kepadanya, namun sikapnya kepadaku akhir2 ini mungkin membuatnya menjadi sedikit berbeda. Saat ini, kami telah tinggal di kota berbeda, aku tak pernah tau akan keadaannya, tapi apakah aku pernah mempedulikannya? Kurasa aku telah sedikit mengerti arti kehilangan. Aku terbiasa diperhatikan olehnya, namun, dia sudah jarang menghubungiku, apa dia sudah berhenti menungguku?
"hey, hey"
"eh, apa?" Aku tersentak.Ana menyadarkanku dari lamunanku.
"jiah, bengong mulu, kesambet lu" Ana menegurku.
"ga kok, ga bengong, hehe" Aku membela diri.
"mikirin sapa hayo?" Ana menggodaku sambil memainkan telunjuknya di hapenya.
"sms sapa tuh?" kataku berusaha mengintip dari sampingnya.
"eitz, ga boleh!" Ana menarik hapenya dari pandanganku.
Adrian: hei lagi apa lu?
Ana: lagi ngobrol ni sama pujaan hati lu.
Adrian: oh, gmn kbar dy?
Ana: knp ga lu tny ndiri?
Adrian: gue ud jarang mez dy, gue pengen dy sadar ndiri..
Ana: kasian amat si lu.. Dia bae kok, tapi jadi suka bengong.
Adrian: wah, mikirin sapa tuh?
Ana: wah, gue juga kaga tau, dia kga mau crita.
Adrian: ada cowo laen y dia disana?
Ana: klo ada juga gue uda laporan kali sama lu. Sejauh ini kaga ada...
"duh, asik banget sih smsan nya, bagi2 donk" Lina menggodaku.
"ga mau, ini rahasia, orang curhat, lu ga ble tau" aku menyimpan hapeku sehingga Lina tak mampu melihat isi sms Adrian.
Aku heran, kenapa sih ni anak ga sadar2 klo dia ditunggu ampe uda hampir 5 tahun sama seseorang yg benar2 cinta ma dia. Aku merahasiakan ini karena Adrian juga memintaku merahasiakan ini. Sedangkan jika aku cerita, Lina juga ga bakal dengerin kalo itu tentang Adrian karena selama ini dia cma tau Adrian nunggu dia maen2, karena selama Adrian nunggu, Adrian juga pernah nyoba pacaran beberapa kali dan Lina tau itu.
"eh, gimana kabar Adrian?" tanyaku selang beberapa waktu kami berdua sama2 terdiam
"ga tau tuh, peduli amat." Lina menjawab
"yakin ga peduli?" aku menggodanya.
"hmm.. Emg knp sih?"
"gpp, bingung aja kok dy uda jarang mez lu ya?haha" aku ingin melihat reaksinya.
"iya juga ya.. Kmn y tu anak?"
"wah, kangen ya?"
"hah? Ga kok, biasa aja" jawab Lina dengan gugup.
"dia uda ga sayang lagi kali sama lu, ditinggal lho tar.. Hayu,. Gimana lu?" aku menakuti nya.
"yah.. Gpp" Lina menjawab datar.
-dia uda ga sayang lagi kali sama lu, ditinggal lho tar.. Hayu, gimana lu?-
Kata2 ana berngiang2 di telingaku, entah kenapa aku menjadi sedikit takut. Apa aku ...? Aku tak mengerti sedikitpun mengenai perasaan ini. Rasanya seperti ada yang hilang di hatiku. Apa aku benar2 mencintainya? Sepertinya, aku benar2 mencintainya, tapi rasanya aku sudah terlambat. Lebih baik aku mencoba melupakannya.
Bulan desember telah tiba, libur semester di dunia perkuliahan pun tiba. Akhirnya aku bisa pulang ke rumah orang tuaku. Aku pun mulai berkemas, aku dan Ana 1 kamar kost, jadi kami berkemas bersama. Siang pun tiba, Ana memutuskan untuk keluar membeli makanan. Aku menjatuhkan diri di ranjang, berbaring, rasanya lelah, tapi aku ingin secepat mungkin pulang ke rumah.
"tilililit.. Tilililit" suara sms dari handphone Ana berbunyi. Ternyata handphonenya tertinggal.
-1 new message-
Aku pun tergerak untuk membukanya. Handphone sahabat sendiri, apa salahnya dilihat sebentar.
"mas, kwetiau siram 2 bungkus ya." kataku seraya mengambil uang di saku celanaku. Namun, sepertinya ada yang hilang. 'lho? Kmana handphone gue' batinku.
'Gawat, handphoneku ketinggalan di kamar dan lupa aku silent. Malah Adrian lagi sms, semoga dia sibuk, sms nya ga dibales dulu, semoga, semoga'
"de, de"
"eh, iya. Udah ya?" aku kaget. Mas2 penjual kwetiau tadi menyadarkanku dari lamunanku.
"jangan bengong siang bolong gini donk" kata mas2 itu.
"eh, ga kok, ya udah. Makasih ya" aku segera berlari menuju kamar kost yang tak jauh dari tempatku membeli kwetiau. Sesampainya di depan pintu, aku segera membukanya perlahan. Aku melihat Lina sedang membaca sms di handphoneku. Tangannya bergetar, menandakan dia sedang menangis.
"Lina.." aku memanggil, tapi lebih seperti berbicara sendiri.
"Ana, ini? Benar2 Adrian?" Lina menengok kearahku. Wajahnya merah.
Adrian: na, kapan lu berdua pulang?
Ana: tar malem berangkat nae bus, besok pagi nyampe.
Adrian: gue kangen nih sama Lina.
Ana: iya2, trus emang pas gue ber2 pulang, lu mau nyamperin dia apa?
Adrian: ga tau nih, dy ud lupa kali ya ma gue.
Ana: emg lu blum lupa? Haha
Adrian: belum lah,. Sampe skrg juga gue masih cinta sama dia.
Ana: wew, sygnya dia gtw.
Adrian: ia, kapan ya dia sadar? Pengen deh pas pulang nanti dia langsung peluk gue tanda kangen :P
Ana: jiah. Ngarep.com
Adrian: gpplah.. Haha
Kangen abis gue sma Lina.
Ana: klo dia masih ga cinta sama lu? Gmn?
Adrian: klo besok dia masih ga peduli ma gue, mungkin gue berhenti nunggu dia dan bakal mulai lembaran baru.
Keesokan paginya, aku janjian dengan Ana di suatu kafe. Aku menyuruhnya membawa Lina ke kafe tersebut. Sesampainya di kafe, aku melihat mereka berdua, senyum tersebut, sudah lama tak ku lihat. Aku melambaikan tangan ke arah mereka. Ana melihatku dan ikut melambaikan tangan. Lina pun menengok. Sesampainya aku di depan mereka. Lina berdiri dan langsung memelukku. Ana tersenyum dan memberi isyarat dia akan keluar. Aku mengangguk. Aku masih tak percaya, apakah ini mimpi atau nyata.
"Lin.. Kamu?" aku memulai percakapan sambil menatapnya dalam.
"Thx ya" ucap Lina.
"buat?" aku heran.
"buat nunggu aku dan buat cinta kamu yang uda kmu pertahanin ampe 5 tahun." jawabnya sembari tersenyum.
"kamu? Beneran?" aku bertambah heran.
"aku.. 2 tahun aku kuliah sana, aku ngerasa ada yang hilang pas kamu uda ga rajin sms aku lagi. Saat itu aku baru sadar. Aku beneran jatuh cinta sama kamu"
"Lin, i love you" aku tak punya kata2 lain selain itu. Usahaku selama 5 tahun tidak sia2.
"kamu,. Jadi ninggalin aku n' buka lembaran baru?" Lina bertanya.
"ya enggalah. Eh, kok kmu tau?" aku kaget tiba2 dia bertanya seperti itu.
"itu rahasia kami" Ana muncul lagi dari belakangku bersama pacarnya.
Hari ini, usahaku 5 tahun sudah berbuah. Aku mendapatkan orang yang selama ini aku cintai.
Cinta memang harus diperjuangkan.
No comments:
Post a Comment