Because this is Indonesian novel, i think i'll write this in Indonesian language. So let me be.
Buku ini gue beli karna merupakan edisi "setiap tempat punya cerita" dimana latarnya adalah di luar negeri. Gue suka dengan cerita- cerita berlatar di luar negeri karena setidaknya, imajinasi gue bisa digunakan disini.
Hmm, tadinya gue mau nulis review di goodreads.com but well, setelah membaca review orang- orang, sepertinya review gue bakal sebelas dua belas sama mereka, jadi sekalian saja gue tulis di blog ini.
Swiss, hal pertama yang terbayang jika menyebut Swiss tentu saja adalah salju, dan tentu saja, prolog dan epilog dari buku ini yang melihat dari POV "si salju" bakal jadi bagian terfavorit gue akan buku ini. Hal kedua yang menjadi favorit adalah, campuran bahasa swiss disini yang tentu aja jadi memberikan kesan kalau si penulis benar- benar melakukan riset buat novelnya ini. Opini tentang adanya bahasa asing ini mungkin bias karna gue sendiri suka ngomong campur aduk bahasanya dan gue suka gaya bahasa begitu. hehehe
Selain itu, gambar- gambar di dalam novel ini juga cukup oke, i mean, itu memperkaya imajinasi banget meskipun gue baca buku ini tengah malam dan selesai jam 2 pagi.
Selanjutnya mengenai isi, yang membuat rating gue di good reads gue turunkan menjadi 3/5 despite of kelebihan- kelebihan itu tadi. Gue senang sih, seenggaknya novel ini dinarasikan dengan baik, dan enggak kayak buku travelling yang bikin gue jadi capek bacanya. Narasi tentang latar dan kejadian itu mengimbangi satu sama lain dan i like it, honestly.
Nah tapi yang gue kurang suka adalah karakternya sendiri yang ya well, gue tau mereka SMA tapi mereka tidak dibawakan seperti SMA, bahkan awal- awal membaca ini, dalam dunia imajiner gue itu, mereka mungkin SD atau SMP, ya begitulah. Selain itu, tokoh utamanya Yasmine atau Rakel? well, gue setuju dengan pertanyaan salah satu komentator goodreads ini karna gue juga gak yakin siapa tokoh utamanya. Yasmine gak punya latar kenapa Yasmine itu Yasmine, you know what i mean, sementara Rakel dibentuk dengan sangat baik, gak seimbang gitu sih.
Elena dan Dylan, gue akan lebih tertarik kalo mereka enggak "datar-datar" aja, i mean, gimana ya, Gue sempet mengira masalah mereka musuhan akan lebih dari konflik yang diceritakan penulis, misalnya Elena suka sama Dylan atau apalah, dan baikan dengan sedikit lebih "klik", bukannya "kita uda maafin dari dulu kok." Buat gue sih jadi gak berasa klimaksnya mengingat Elena sama Dylan sempat berpandangan kalau si Rakel ini gak berubah dari dulu. Bahkan putusnya Rakel sama Reene si ex lebih dramatis dari pertengkaran sahabat ini..
Hmm terus ya gue gak perhatiin yang lain- lain sih, yang kalau kata komentator goodreads yang sama ini namanya random rants, tapi betul sih, ini random rants yang kena banget di gue pas si Rakel terbang dari Swiss ke New York dan dia lewat Asia, baiklah, gue jadi bertanya- tanya dengan konsep bumi itu bulat dan eropa ke amerika gak usah lewat asia, atau gue yang salah. hahaha
Terus balik ke karakter, agak sebel sma Frau Steiner yang randomly ngajak terbang ke New York disaat yang terlalu telat dimana harusnya menurut gue cerita akan punya ending lebih baik saat "agenda musim dingin" selesai ditambah dengan sedikit epilog tentang salju dan it's done. itu cerita yang gak perlu sih kalau menurut gue. Anyway that's my review. Maaf kalau ada kesalahan kata- kata dan Sukses terus ya, Alvi Syahrin.